Rumah Talas
Berdiskusi I Mengasah I Berkarya
Disebuah
kamar berukuran 4x4 meter, dimalam jumat yang sangat sepi. Hujan dari sore
hingga malam menambah suhu udara menjadi dingin. Malam jumat identik dengan
kata orang-orang adalah sunah rosul? Katanya?. Tapi jika cuacanya seperti saat
ini, orang-orang mungkin malas untuk keluar rumah, macam temen-temen gua.
Biasanya ditongkrongan banyak temen-temen pada ngumpul, sekedar untuk ngopi dan
bernyanyi. Tak kenal waktu, setiap hari hingga larut malam ataupun pagi. Tapi
hari ini tongkrongan sepi, hanya ada beberapa temen yang keluar. Gabut, kata
yang biasa anak- anak bilang kalau lagi bete gak ada tujuan. Ujung-ujungnya
main kerumah temen, sebagai pelampiasan.
Tibanya
dikamarnya, nyalain komputer, playlist lagu. Mulai dari lagu garang, santai,
cengeng semuanya pun ada, kalau mau 2 lagu seribu aja, hehe. Ngopi, ngeroko
sambil ngobrol gak jelas. Yang udah ngantuk paling tiduran sampai tidur beneran
kedengeran ngoroknya, sampe mangap mulutnya, hati-hati nyamuk masuk ke mulut. Yang
punya hape canggih sibuk sama hapenya sendiri. Main game, bbm, path, ig,
twitter atau facebook. Kalau ada bongkaran (film b*kep), anteng natap hape
berjam-jam, nonton sambil tiduran dibagian tertentu ditutup sama
bantal/guling, kalau gak nyari posisi tidur tengkurep biar si anunya kegencet
gimana gitu, pengalaman gua sih gitu. Lari kekamar mandi lama, entah tuh orang
anteng lama-lama dikamar mandi. Ckckck
Yah
beginilah keseharian kami, ngopi bareng, main bareng, ketawa bareng, nangis?
Kalau itu gak termasuk, tidur bareng, mandi? Kalau itu gua gak termasuk tapi
gak tau kalau yang lain. Nongkrong bareng sampe larut malem disebuah ruko kecil
pinggir jalan samping gorong-gorong. Cuma sekedar ngopi ngeroko, kumpul-kumpul tapi
bukan kumpul kebo, nyanyi-nyanyi, godain cewe-cewe tapi sayang beraninya godain aja, kayaknya
pada lemah syahwat. Gak tau deh masyarakat sekitar resah atau nggak sama
aktifitas gak jelas kami, bodo amat sih intinya. Tapi kami yakin positif, kami
hanya sekedar nongkrong menikmati kebersamaan bersama sahabat, sekalian
ngerondain ruko-ruko, warung-warung, tapi sayang nggak ada timbal baliknya
(ngarep), sekedar kopi sama rokok padahal kalau ada. Tongkrongan kita itu yang
pasti NO ALCOHOL, DRUGS, dan bahan
peledak.
Biasanya
sih kami para zombie, tidur pagi bangun sore/malam. Kalau ada yang bangun lebih
awal paling ngasih kode lewat pesan “ngopslah!!!” kalau nggak ada yang bales
itu suatu keberuntungan, bangun satu semuanya harus bangun. Jalan satu-satunya
datengin kerumahnya masing-masing. Nentuin lokasi yang enak sambil nyore,
lokasi yang tepat adalah pergi ke danau diperumahan kampung sebelah biar bisa
hammockan dan yang penting kalau sore rame banyak cewek-cewek mamerin paha. Tiba
ditujuan, langsung nyiapin hammock pasang hammock dipohon pinus dipinggir
danau, pesen kopi, minuman es, rokok.
Banyak
orang-orang pada nongkrong disini, dari orang tua, anak muda, anak kecil. Tapi
kebanyakan kaula muda yang berpasangan, tempat ini dijadiin tempat pacaran.
Nongkrong doang jajan nggak, ckck dari rumah udah makan obat magh kayanya.
Mendingan kita-kita.
Banyak
cewek berkeliaran sebenernya, tapi sekali lagi entah kenapa setiap ada cewek
kita-kita hanya berani godainnya dari jauh, walaupun deket nongkrongnya sekitar
5 meteran tetap aja beraninya ngomongin dibelakang, ngajak kenalan aja nggak
ada yang berani, PAYAH!!! Kalau udah pergi baru saling nyalahin, runyem
pokoknya ngebahasnya. Bagi kami pokoknya NO
WOMEN, WE HAPPY!
Entah
kenapa semenjak kami ada (ditongkrongan) dan kami terbiasa tanpa ada wanita.
Gak kaya tongkrongan lain kalau nongkrong pasti ada ceweknya, kelihatannya
asyik memang tapi kami pikir lebih asyik selalu seperti ini. Ada waktunya dari
kami semuanya menggandeng pasangannya saling mengenalkan, membawanya
berpetualang bersama, entah itu mendaki atau apalah, bukan untuk dijadiin cewek
tongkrongan. Dan kami selalu berusaha beretika baik kepada wanita, walau kami
terlihat garang dengan penampilan seperti brandal. Aaaahhh pencitraan! Tapi
jujur, bukan kami yang tertarik pada mereka, tapi mereka yang tertarik pada
kami! Kami seperti menjadi trendcentre untuk tongkrongan lain! Bagi kami uang
bukan segalanya, tapi kebersamaan adalah segalanya! Penampilan bukan soal
penilaian, tapi sikap yang menjadi penilaian! Tangan kami mengepal bukan untuk
pelit, tapi untuk menghantam! Tangan kami mengulur bukan untuk meminta, tapi
untuk menolong! Kaki kami melangkah bukan untuk menjauh, tapi untuk mendekat!
Perlahan kami mulai berubah dan berpikir tentang kedepan, Go Ahead! Dan kami membentuk terpikir untuk membentuk suatu gagasan baru yang bukan hanya sekedar nongkrong,
kumpul bareng yang kadang mungkin dicap negatif oleh sebagian masyarakat. Kami
membentuk suatu tempat/wadah bagi kami untuk berkarya dalam seni dan menyalurkan hobi. Dan tak
membuang waktu secara percuma, di masa muda kami ingin menciptakan suatu yang lebih
bermanfaat. Kami namakan itu, Rumah Talas.
Rumah Talas (Rumah Tempat Anak Lembur Asah Seni). Yang berarti, Rumah yang
dijadikan tempat sekumpulan anak desa/kampung mengasah kemampuan bakat seninya.
Resmi terbentuk sebagai salah satu perkumpulan/komunitas. Entah itu seni musik,
photografi, lukis dan lain sebagainya Rumah Talas adalah suatu wadah bebas
berekspresi tentang seni dan pengembangan bakat diri. Yang terbuka untuk siapa
saja, guna menyalurkan kreasi yang tersumbat.
Salam satu mimpi
:)