Minggu, 11 Desember 2016

Sebelum kami, Rumah Talas






Rumah Talas
Berdiskusi I Mengasah I Berkarya

Disebuah kamar berukuran 4x4 meter, dimalam jumat yang sangat sepi. Hujan dari sore hingga malam menambah suhu udara menjadi dingin. Malam jumat identik dengan kata orang-orang adalah sunah rosul? Katanya?. Tapi jika cuacanya seperti saat ini, orang-orang mungkin malas untuk keluar rumah, macam temen-temen gua. Biasanya ditongkrongan banyak temen-temen pada ngumpul, sekedar untuk ngopi dan bernyanyi. Tak kenal waktu, setiap hari hingga larut malam ataupun pagi. Tapi hari ini tongkrongan sepi, hanya ada beberapa temen yang keluar. Gabut, kata yang biasa anak- anak bilang kalau lagi bete gak ada tujuan. Ujung-ujungnya main kerumah temen, sebagai pelampiasan. 

Tibanya dikamarnya, nyalain komputer, playlist lagu. Mulai dari lagu garang, santai, cengeng semuanya pun ada, kalau mau 2 lagu seribu aja, hehe. Ngopi, ngeroko sambil ngobrol gak jelas. Yang udah ngantuk paling tiduran sampai tidur beneran kedengeran ngoroknya, sampe mangap mulutnya, hati-hati nyamuk masuk ke mulut. Yang punya hape canggih sibuk sama hapenya sendiri. Main game, bbm, path, ig, twitter atau facebook. Kalau ada bongkaran (film b*kep), anteng natap hape berjam-jam, nonton sambil tiduran dibagian tertentu ditutup sama bantal/guling, kalau gak nyari posisi tidur tengkurep biar si anunya kegencet gimana gitu, pengalaman gua sih gitu. Lari kekamar mandi lama, entah tuh orang anteng lama-lama dikamar mandi. Ckckck

Yah beginilah keseharian kami, ngopi bareng, main bareng, ketawa bareng, nangis? Kalau itu gak termasuk, tidur bareng, mandi? Kalau itu gua gak termasuk tapi gak tau kalau yang lain. Nongkrong bareng sampe larut malem disebuah ruko kecil pinggir jalan samping gorong-gorong. Cuma sekedar ngopi ngeroko, kumpul-kumpul tapi bukan kumpul kebo, nyanyi-nyanyi, godain cewe-cewe  tapi sayang beraninya godain aja, kayaknya pada lemah syahwat. Gak tau deh masyarakat sekitar resah atau nggak sama aktifitas gak jelas kami, bodo amat sih intinya. Tapi kami yakin positif, kami hanya sekedar nongkrong menikmati kebersamaan bersama sahabat, sekalian ngerondain ruko-ruko, warung-warung, tapi sayang nggak ada timbal baliknya (ngarep), sekedar kopi sama rokok padahal kalau ada. Tongkrongan kita itu yang pasti NO ALCOHOL, DRUGS, dan bahan peledak.
 
Biasanya sih kami para zombie, tidur pagi bangun sore/malam. Kalau ada yang bangun lebih awal paling ngasih kode lewat pesan “ngopslah!!!” kalau nggak ada yang bales itu suatu keberuntungan, bangun satu semuanya harus bangun. Jalan satu-satunya datengin kerumahnya masing-masing. Nentuin lokasi yang enak sambil nyore, lokasi yang tepat adalah pergi ke danau diperumahan kampung sebelah biar bisa hammockan dan yang penting kalau sore rame banyak cewek-cewek mamerin paha. Tiba ditujuan, langsung nyiapin hammock pasang hammock dipohon pinus dipinggir danau, pesen kopi, minuman es, rokok.
Banyak orang-orang pada nongkrong disini, dari orang tua, anak muda, anak kecil. Tapi kebanyakan kaula muda yang berpasangan, tempat ini dijadiin tempat pacaran. Nongkrong doang jajan nggak, ckck dari rumah udah makan obat magh kayanya. Mendingan kita-kita.

Banyak cewek berkeliaran sebenernya, tapi sekali lagi entah kenapa setiap ada cewek kita-kita hanya berani godainnya dari jauh, walaupun deket nongkrongnya sekitar 5 meteran tetap aja beraninya ngomongin dibelakang, ngajak kenalan aja nggak ada yang berani, PAYAH!!! Kalau udah pergi baru saling nyalahin, runyem pokoknya ngebahasnya. Bagi kami pokoknya NO WOMEN, WE HAPPY!
Entah kenapa semenjak kami ada (ditongkrongan) dan kami terbiasa tanpa ada wanita. Gak kaya tongkrongan lain kalau nongkrong pasti ada ceweknya, kelihatannya asyik memang tapi kami pikir lebih asyik selalu seperti ini. Ada waktunya dari kami semuanya menggandeng pasangannya saling mengenalkan, membawanya berpetualang bersama, entah itu mendaki atau apalah, bukan untuk dijadiin cewek tongkrongan. Dan kami selalu berusaha beretika baik kepada wanita, walau kami terlihat garang dengan penampilan seperti brandal. Aaaahhh pencitraan! Tapi jujur, bukan kami yang tertarik pada mereka, tapi mereka yang tertarik pada kami! Kami seperti menjadi trendcentre untuk tongkrongan lain! Bagi kami uang bukan segalanya, tapi kebersamaan adalah segalanya! Penampilan bukan soal penilaian, tapi sikap yang menjadi penilaian! Tangan kami mengepal bukan untuk pelit, tapi untuk menghantam! Tangan kami mengulur bukan untuk meminta, tapi untuk menolong! Kaki kami melangkah bukan untuk menjauh, tapi untuk mendekat!

Perlahan kami mulai berubah dan berpikir tentang kedepan, Go Ahead! Dan kami membentuk terpikir untuk membentuk suatu gagasan baru yang bukan hanya sekedar nongkrong, kumpul bareng yang kadang mungkin dicap negatif oleh sebagian masyarakat. Kami membentuk suatu tempat/wadah bagi kami untuk berkarya dalam seni dan menyalurkan hobi. Dan tak membuang waktu secara percuma, di masa muda kami ingin menciptakan suatu yang lebih bermanfaat. Kami namakan itu, Rumah Talas.
Rumah Talas (Rumah Tempat Anak Lembur Asah Seni). Yang berarti, Rumah yang dijadikan tempat sekumpulan anak desa/kampung mengasah kemampuan bakat seninya. Resmi terbentuk sebagai salah satu perkumpulan/komunitas. Entah itu seni musik, photografi, lukis dan lain sebagainya Rumah Talas adalah suatu wadah bebas berekspresi tentang seni dan pengembangan bakat diri. Yang terbuka untuk siapa saja, guna menyalurkan kreasi yang tersumbat.

Salam satu mimpi :)
 




Rabu, 07 Desember 2016

Kegiatan Sebelum Terbentuknya Rumah Talas

03 September 2016
Acara memperingati HUT RI KE-71

Nuansa Nusantara Indonesia


YouTube:NuansaNusantaraIndonesiaKartar04/VideoZambrudKhatulistiwa/CoverNET_TV

Panggung

 Musik akustik

 Paduan Suara

Puisi

Parodi

 
Tari Tradisional

Suasana Acara

Panitia dan Crew Yang Terlibat